Minggu, 27 Februari 2011

kanker otak

Meski dilihat dari angka kejadiannya, jumlah penderita kanker otak masih rendah, yakni hanya enam per 100.000 dari pasien tumor/kanker per tahun, namun tetap saja penyakit tersebut menjadi ‘momok’ bagi sebagian besar orang. Pasalnya, walaupun misalnya tumor yang menyerang adalah jenis tumor jinak, bila menyerang otak tingkat bahaya yang ditimbulkan itu umumnya lebih besar daripada tumor yang menyerang bagian tubuh lain.
Tumbuhnya sel-sel tubuh yang tidak normal ini memang menakutkan. Penyebab pasti dari kanker ini belum diketahui secara tepat, tapi berbagai faktor telah diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Faktor risiko pencetus tumor otak ini bisa karena riwayat keluarga, radiasi, zat kimia, pola makan, obat-obatan tertentu dan rokok.
Penyakit ini bisa muncul tanpa gejala yang bermakna, namun sering pula ditandai dengan gejala-gejala seperti pusing kepala, muntah, gangguan penglihatan, kesadaran, pendengaran, berjalan dan saraf. Sayangnya, sejauh ini belum ada pengobatan yang pasti, namun seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran dan farmasi berbagai upaya dilakukan semaksimal mungkin untuk “mengusir” penyakit tersebut.
Terapi obat-obatan telah digunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker. Selain itu, kasus-kasus lain mungkin ditangani dengan operasi, radioterapi, maupun kemoterapi.  Tindakan operasi termasuk yang sering dilakukan, khususnya pada penderita tumor otak.
Riset terhadap pengobatan kanker pun terus berlangsung. Ikan hiu yang diketahui telah menjelajah lautan sekitar 400 juta tahun lalu diketahui morfologinya tidak pernah berubah. Konon, di tubuh ikan ini, sel kanker tidak bisa tumbuh, karena seluruh tulangnya adalah tulang rawan. Benarkah demikian?
Dalam catatan buku tradisional Cina mengenai khasiat  makanan pengobatan, makan sirip ikan hiu dipercaya dapat mencegah penuaan kulit dan gelatin yang terkandung di dalam sirip ikan hiu dipercaya pula dapat meningkatkan vitalitas. Yang pasti, katanya sirip ikan hiu ini memang lezat. Meski hasil penelitian itu dibantah oleh ahli nutrisi dari Universitas Taiwan, Prof. Chang Hung-min yang mengatakan, sebutir telur ayam pun lebih bergizi dibandingkan semangkuk sup sirip hiu, namun peneliti-peneliti lain mengungkapkan hasil yang positip.
Peneliti dari Indonesia yang juga Kepala Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor, Drh Dondin Sajuthi Ph D mengakui esktrak tulang rawan ikan hiu dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Hal itu ia buktikan lewat penelitiannya.
Dokter Henry Brem dan dr Allen K Sills dari Johns Hopkins University melaporkan salah satu senyawa yang berasal dari ikan hiu Squalus, terbukti dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru yang menyalurkan makanan ke tumor otak. Dengan menggunakan sel pembuluh darah sistem saraf pusat sapi, kedua peneliti ini meneteskan squalamine. Setelah dua hari, pertumbuhan sel pembuluh darah turun hingga 83 persen.
Selain ikan hiu, tulang rawan sapi juga disebut-sebut mampu menghambat pertumbuhan pembuluh darah baru. Tentang hasilnya, Dr Greg Harper dari Council for Scientific and Indutrial Research Organization telah membuktikannya.
Pengobatan ala barat pun semakin mendapatkan titik cerah dengan mulai ditemukannya obat-obatan yang diduga dapat membawa manfaat dalam pengobatan kanker otak. Berbagai penelitian memang masih harus dilakukan untuk menemukan obat yang mempunyai efektivitas tinggi. Tapi kita boleh berharap bahwa harapan akan semakin terbuka bagi pengobatan kanker otak. (cy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar